PELARAN DEDUKTIF
Pembuktian
melalui deduksi
adalah sebuah jalan pemikiran yang
menggunakan argumen-argumen deduktif
untuk beralih dari premis-premis yang ada, yang dianggap benar, kepada kesimpulan-kesimpulan, yang
mestinya benar apabila premis-premisnya benar.[1]
Contoh
klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah
- Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
- Sokrates adalah manusia. (premis minor)
- Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)
Untuk
pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam filsafat, lihat Logika. Untuk pembahasan teknis tentang
deduksi seperti yang dipahami dalam matematika, lihat logika matematika.
Penalaran
deduktif seringkali dikontraskan dengan penalaran induktif, yang menggunakan sejumlah besar contoh
partikulir lalu mengambil kesimpulan umum.
Latar
belakang
Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf
Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya,
menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan
bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena
itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar
ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.[2]Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.[3]
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Pengertian
Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah proses
penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus
berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut
Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari
hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah
proses pembentukan kesimpulan deduktif terebut dapat dimulai dai suatu dalil
atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Macam – Macam Penalaran
Deduktif
Macam-macam penalaran deduktif
diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan.
Contoh Silogisme:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi /
kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi
secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh Entimen :
Proses fotosintesis memerlukan sinar
matahari
Pada malam hari tidak ada
matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada
proses fotosintesis
Penalaran
deduktif didukung oleh logika deduktif.
Misalnya:
Apel adalah buah.
Semua buah tumbuh di pohon.
Karena itu semua apel
tumbuh di pohon.
Atau
Apel adalah buah.
Sebagian apel berwarna
merah.
Karena itu sebagian buah
berwarna merah.
Premis
yang pertama mungkin keliru, namun siapapun yang menerima premis ini dipaksa
untuk menerima kesimpulannya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuktian_melalui_deduksi
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
Penalaran Induktif dan Deduktif Warta Warga
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
Penalaran Induktif dan Deduktif Warta Warga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar