Selasa, 27 November 2012

HIPOTESIS


Pengertian Hipotesis

Hipotesis
 atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.[1]
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.[2] Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut.[2] Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala.[2] Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen.[2] Hipotesis yang telah terujikebenarannya disebut teori.[2]

Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkanpengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka...) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.


Hipotesis berasal dari bahasa Yunanihypo = di bawah;thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian.[3]
Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadarteliti, dan terarah.[3] Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.[3]
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya.[3] Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu.[3] Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian, salah satu di antaranya, yaitu penelitian sosial.[4]

Proses pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu.[3] Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah.[3] Sehingga, dapat dikatakan bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.[4]


 Kegunaan

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.[2] Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:[5]
1.   Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik.
2.   Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau di falsifikasi.
3.   Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.



Hipotesis dalam penelitian

Walaupun hipotesis penting sebagai arah dan pedoman kerja dalam penelitian, tidak semua penelitian mutlak harus memiliki hipotesis.[6] Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian.[2] Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitian menggunakan hipotesis atau tidak.[2] Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasi tidak menggunakan hipotesis.[2] Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang fenomena yang diteliti,[7] tetapi ada juga yang menganggap penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis.[8] Sedangkan, dalam penelitian penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah keharusan untuk menggunakan hipotesis.[9]
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:[10]
1.   Untuk menguji teori,
2.   Mendorong munculnya teori,
3.   Menerangkan fenomena sosial,
4.   Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5.   Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.



Karakteristik
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.[2] Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian.[2] Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.[4]
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:[11]
1.   Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2.   Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secaraoperasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3.   Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisiukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4.   Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
5.   Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
6.   Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari wakturuang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7.   Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.

Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
1.   Penentuan masalah.[3]
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkanhukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui.[3] Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.[3] Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.[3]
2.   Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).[4]
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan.[4] Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah.[3] Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah.[4] Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.[3] Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.[4]
3.   Pengumpulan fakta.[3]
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.[3]
4.   Formulasi hipotesa.[3]
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini.[3] Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta.[3] Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.[3]
5.   Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati[3] dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).[3] Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi.[3] Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration).[3] Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.[3]
6.   Aplikasi/penerapan.[3]
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta.[3] Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.[3]


Hubungan hipotesis dan teori
Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris.[12] Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.[12] Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.[12] Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian.[12] Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalampenelitian.[12] Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.[12]
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur.[12] Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur.[12] Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel.[12] Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis.[12]
Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau empiris).[12] Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian.[12] Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang teori dalam bentuk yang dapat diuji (statement of theory in testable form), atau kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang realitas (tentative statements about reality).[12]
Oleh karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian, atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada.[13] Kemudian, karena dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau peristiwa atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam kerangka teoritis.[12] Jadi, sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis penelitian atau hipotesis kerja.[12] Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif), kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.[12]


Catatan kaki
1.    ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.10
2.    ^ a b c d e f g h i j k (Inggris) Uma Sakaran, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, second edition, New York: John Wiley& Sons, Inc, 1992, page. 7-19
3.    ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Logika Dasar, tradisional, simbolik, dan induktif. Soekadijo.R.G. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1993
4.    ^ a b c d e f g (Inggris) Paul.D. Leedy and Jeanne.E. Ormrod. Practical Research: Planning and Design Research Edisi 8 [2005]. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall. Page 156-209
5.    ^ (Inggris) Fred N. Kerlinger. 1995. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Diterjemahkan oleh Landung R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 30
6.    ^ (Inggris) James A. Black dan Dean J. Champion. 1992. Metoda dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung, Eresco, hal.121.
7.    ^ Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, penyunting. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, hal. 5.
8.    ^ (Inggris) L.R. Gay and P.L. Diehl.1992. Research Methods for Bussiness and Management. New York: MacMillan Publishing Company, page. 65
9.    ^ Suharsimi Arikunto.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara, hal. 64.
10. ^ Kenneth D. Bailey. 1986. Methods of Social Research, 3rd ed. Free Press: London, Page. 41
11. ^ (Inggris) Creswell, John W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Second Edition. California: Sage Publication, page. 73
12. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Inggris) Robert B. Burns. 2000. Introduction to Research Methods. 4th Edition. French Forest NSW: Longman, page. 106-116.
13. ^ (Inggris) Nan Lin. 1976. Foundations of Social Research. New York: MacGraw-Hill Book Company, page. 8-25


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis

Kamis, 22 November 2012

METODE PENGUMPULAN DATA


PENGERTIAN VARIABEL

Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.
Dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulkan untuk menjadi data. Data kemudian diolah sehingga dapat diutarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri, hal ini dinamakan deskripsi. Pemilahan banyak data sesuai dengan persamaan atau perbedaan yang dikandungnya dinamakan klasifikasi.
Dalam pokok bahasan Manajemen Pengetahuan, data dicirikan sebagai sesuatu yang bersifat mentah dan tidak memiliki konteks. Dia sekedar ada dan tidak memiliki signifikansi makna di luar keberadaannya itu. Dia bisa muncul dalam berbagai bentuk, terlepas dari apakah dia bisa dimanfaatkan atau tidak.
Menurut berbagai sumber lain, data dapat juga didefinisikan sebagai berikut:
• Menurut kamus bahasa inggris-indonesia, data berasal dari kata datum yang berarti fakta
• Dari sudut pandang bisnis, data bisnis adalah deskripsi organisasi tentang sesuatu (resources) dan kejadian (transactions)yang terjadi
• Pengertian yang lain menyebutkan bahwa data adalah deskripsi dari suatu kejadian yang kita hadapi
intinya data itu adalah suatu fakta-fakta tertentu sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dalam menarik suatu keputusan

PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM VARIABEL

Variabel :
1. berubah-ubah, tidak tetap
2. deklarasi sesuatu yang memiliki variasi nilai
3. berbeda-beda dalam bahasa pemrograman disebut juga simbol yang mewakili nilai tertentu, variabel yang dikenal di sub program disebut variabel lokal. sedang yang di kenal secara umum/utuh dalam satu program disebut variabel global.
Variabel  adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu penelitian. Menurut F.N. Kerlinger variabel sebagai sebuah konsep. Variabel merupakan konsep yang mempunyai nilai yang bermacam-macam. Suatu konsep dapat diubah menjadi suatu variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu dari variabel itu sendiri.
Variabel dapat dibagi menjadi variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu variabel diskrit (discrete) dan variabel kontinu (continous).


TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu angket, wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan teknik lainnya

1.    Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diiisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan atas angket yang diajukan.
Keuntungan dari teknik angket adalah:
1.    Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirimkan melalui pos.
2.    Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relatif murah.
3.    Angket tidak terlalu menggangu respoden karena pengisiannya ditentukan oleh respoden sendiri sesuai dengan kesedian waktunya.


Kerugian teknik angket:
1.    Jika angket dikirimkan melalui pos, maka persentase yang dikembalikan relatuf rendah.
2.    Angket tidak dapat digunkan untuk respoden yang kurang bisa membaca dan menulis.
3.    Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan salah dan tidak ada kesempatan untuk mendapat penjelasan.


Pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen penelituan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.    Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan sehingga responden bebas menuliskan jawabannya sendiri.
2.    Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan.


Dalam membuat jawaban akternatif untuk pertanyaan tertutup atau dalam menggolong-golongkan jawaban yang diberikan pada pertanyaan terbuka perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut:
  
1.Pengolongan hanya didasrkan atas satu prinsip atau satu diemensi. Dengan syarat ini adalah untuk menhindari agar seseorang tidak dapat masuk dalam lebih dari satu golongan.
2.Golangan-golongan yang dibuat harus saling meniadakan, artinya jika seseorang sudah dimasukkan kedalam satu golongan, ia tidak dapat dimasukkan kedalam golongan lainnya.
3.Golongan-golongan yang dibuat harus menyeluruh, artinya tidak seorang pun yang    tidak termasuk kedalam salah sau golongan yang dibuat.

Terdapat beberapa pedoman yang harus diperhatikan dalam membuat pertanyaan-pertanyaan untuk instrumen penelitian:

1.Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat harus jelas dan tidak meragukan.
2.Hindari pertanyaan atau pernyataan ganda.
3.Responden harus mampu menjawab. Agar jawaban dapat dipercaya.
4.Pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan harus relevan (berkenaan dengan tujuan penelitian).
5.Pertanyaan atau pernyataan yang pendek adalah terbaik.
6.Hindari pertanyaan,pernyataan atau sitilah bias, termasuk tidak menanyakan  pertanyaan atau mengajukan pertanyaan yang sugestif (mendorong responden untuk menjwab ke arah tertentu.

Angket yang dikirimkan haus disertai surat pengantar yang menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta siapa penelitinya. Perlu juga untuk melampirkan sampul pengembalian yang sudah beralamat dan sudah berprangko cukup.

1.    Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.

         Keuntungan wawancara adalah:

1.    Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis.
2.    Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya.
3.    Wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden denagn mengajukan pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.

 Kerugian wawancara adalah:
1.    Wawancara memerlukan biaya yang sangat untuk perjalanan dan uang harian pengumpulan data.
2.    Wawancara hanya dapat menjangkau jumalh responden yang lebih kecil.
3.    Kehadiran pewawancara mungkin menggangu responden.


Daftar pertanyaan untuk wawancara ini disebut sebagi inteview schedule. Sedangkan catatan garis besar tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut pedoman wawancara (interview guide).
Untuk mendapatkan penerimaan dan kerja sama dengan responden ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan:

1.Penampilan fisik
2.Sikap dan tingkah laku pewawancara
3.Identitas
4.Persiapan

Pewawancara harus bersikap netral dan tidak mengarahkan jawaban atau tanggapan responden.

1.    Observasi

Observasi atau pengamatan  kegiatan adalah setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengjukan pertanyaan-pertanyaan.
Keuntungan observasi adalah:
1.    Data yang diperoleh adalah data yang segar.
2.    Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.


Kerugian observasi adalah:

1.    Untuk memperoleh data y ng diharapkan, maka pengamat harus menunggu dan mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi.
2.    Beberapa tingkah laku, bahkan bisa membahayakan jika diamati.

Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi:

1.Observasi partisipan ( partcipant observation): pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati.
2.Observasi tak partisipasi (nonparticipant observation): pengamat berada di luar subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observaasi juga dibedakan menjadi dua bagian:

1.Observasi tak berstruktur: pengamat tidak membawa catatan tingkah laku apa saja yang secara khusus akan diamati.
2.Observasi berstruktur: peneliti memusatkan perhatian pada tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tetang tingkah laku apa saja yang harus diamati.

1.     Studi dokumentasi


Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.
Dokumen dapat dibedakan menjadikan dokumena primer ( dokumen yang ditullis oleh orang yang langsung mengalami suatau peristiwa), dan dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini) contohnya otobiografi.

Keuntungan studi dokumentasi adalah:

1.    Untuk subjek penelitian yang sukar, studi dokumentasi dapat memberikan jalan untuk melakukan penelitian
2.    Tak kreatif. Karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung dengan orang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpulan data.
3.    Analisis longitudinal, menjangkau jauh ke masa lalu
4.    Besar sampel. Dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik ini memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar karena biaya yang diperlukan relatif kecil.


Kerugian studi dokumentasi adalah:

1.    Bias, karena dokumen yang dibuat tidak untuk kep[erluan penelitian, maka data yang tersedia mungkin bias
2.    Tersedia secra selektif. Tidak semua dokumen dipelihara untuk dapat dibaca ulang oleh orang lain.
3.    Tidak lengkap. Karena tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan penelitian.
4.    Format yang tidak baku. Sejalan dengan maksud dan tujuan penulisan dokumen yang berbeda dengan tujuan penelitian, maka formatnya juga dapat bermacam-macam sehingga bisa mempersulit pengumpulan data.

 Sebagaimana metode historik, dalam studi dokumentasi perlu dilakukan kritik tehadap sumber data, baik kritik internal maupun kritik eksternal.




Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Data
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.3
http://id.wikipedia.org/wiki/Variabel
Soehartono Irawan, 1995, Metode Penelitian social, Rosdakarya, Bandung
http://irabieber.wordpress.com/2011/12/15/teknik-pengumpulan-data/